Pada suatu ketika menghadaplah seorang
wanita yang sangat pendek badannya, menghadap kepada Nabi dalam suatu
kepentingan, ketika wanita itu sudah keluar, maka Aisyah r.a berkata :
“Betapa pendek wanita itu”. Mendengar perkataan Aisyah r.a, maka Rasul bersabda : “Wahai Aisyah, kamu telah menggunjingnya tentang kelemahan fisik wanita itu sehingga termasuk menyebarkan fitnah.
“Betapa pendek wanita itu”. Mendengar perkataan Aisyah r.a, maka Rasul bersabda : “Wahai Aisyah, kamu telah menggunjingnya tentang kelemahan fisik wanita itu sehingga termasuk menyebarkan fitnah.
Dikisahkan
dari Amr bin Dinar, bahwa sesungguhnya di kota Madinah ada seorang
lelaki yang memiliki saudara perempuan yang tinggal di pinggiran kota
Madinah. Pada suatu hari saudaranya itu menderita sakit, ia datang untuk
menjenguknya dan menemukan ia sudah meninggal dunia, iapun mengusungnya
sampai ke pemakaman sampai mayit dikebumikan telah selesai, kemudian
iapun segera pulang kembali kepada keluarganya ke rumahnya, namun
setelah sampai di rumahnya ia teringat bahwa kantong punya sahabatnya
telah jatuh ke liang kubur dan tertanam bersama mayat saudaranya itu.
Karena
mengingat isi kantong itu sangat penting, maka ia bermaksud akan
membongkar kuburan saudaranya itu. Setelah mendapatkan izin dari ibunya
dan saudaranya ia segera membongkar kuburan, lalu ia mengangkat sebagian
tutup liang lahat dengan sangat hati-hati. “Celaka, aduh celaka ………!”
Kata orang itu setelah melihat keadaan liang lahat, maka yang
mengikutinya segera berkata : “Ada apakah gerangan, sehingga engkau
kelihatan kaget dan bilang celaka, ceritakanlah kepadaku apa yang
terjadi dengan saudaramu itu?” Maka berceritalah ia, bahwa di dalam
liang kubur tampak kobaran api yang sedang menyala-nyala, lalu ia segera
menemui ibunya untuk menanyakan perbuatan apa yang telah diperbuat oleh
saudara perempuannya itu, ibunya berkata : “Saudarimu itu selalu
mendatangi pintu tetangganya dan mendengarkan apa yang dibicarakan oleh
tetangganya itu (ngerumpi), kemudian ia menyebarkan fitnah kepada para
tetangganya yang lain. Setelah mendengarkan penjelasan sang ibu, maka
lelaki itu segera mengetahui bahwa saudarinya itu suka ngerumpi,
sehingga menyebabkan ia mendapatkan siksa kubur. Itulah akibat orang
yang suka menggunjing dan ngerumpi dan menyebarkan fitnah yang
kelihatannya sepele, tetapi sangat mengasyikkan dan menyenangkan.
Sesungguhnya
berbicara itu mudah, tetapi berat mempertanggungjawabkannya. Mulut ini
bagaikan moncong teko yang hanya mengeluarkan isi teko. Apapun yang kita
katakan lebih menunjukkan siapa sebenarnya diri kita. Apapun yang kita
katakan lebih menunjukkan siapa sebenarnya diri kita. Misalnya,
penghinaan kita terhadap seseorang lebih menunjukkan kehinaan diri kita
sendiri dibandingkan kehinaan orang yang kita hina. Kritik dan koreksi
yang kita sampaikan kepada seseorang kalau tidak hati-hati lebih
memperlihatkan kedengkian kita.
Perkataan
yang baik adalah pembuktian kemusliman seseorang. Hendaknya setiap
orang memastikan bahwa kata-kata yang akan diucapkannya benar-benar
baik. Apabila kita tidak yakin akan dapat mengeluarkan kata-kata yang
baik, diam itu lebih baik. Berkata yang baik tentunya akan lebih
bermanfaat dibandingkan diam. Akan Tetapi, menghindari akibat dari
perkataan yang kurang baik akan lebih utama dibandingkan kita memaksakan
berbicara yang akan berakibat jelek kepada diri sendiri maupun orang
lain.
Alangkah ruginya apabila waktu
kita habis untuk sekedar ngobrol hal-hal yang tidak penting. Terkadang
kita tidak bisa memastikan apakah pembicaraan yang kita lakukan itu
bermanfaat atau tidak. Bahkan, sering kita tidak berdaya untuk
menghindar dari pembicaraan yang berisi fitnah, gunjingan dan
permusuhan. Semoga Allah SWT mengkaruniakan kepada kita kemampuan untuk
menjaga lisan agar selalu berbicara yang bermanfaat.
Berdasarkan
Al-Qur’an dalam surat Al-Hujuraat ayat 6 yang berkaitan dengan larangan
berburuk sangka dan menggunjing berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 12 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat An-Nuur ayat 15 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah benar”.
Artinya : “(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah benar”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat An-Nuur ayat 23 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka azab yang besar”.
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka azab yang besar”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Israa ayat 36 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”.
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Fath ayat 6 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Dan supaya Dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam) itulah sejahat-jahat tempat kembali”.
Artinya : “Dan supaya Dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam) itulah sejahat-jahat tempat kembali”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Fath ayat 12 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “……………Dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa”.
Artinya : “……………Dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Qaaf ayat 18 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.
Artinya : “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Qalam ayat 10 – 11 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah”.
Artinya : “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Humazah ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”.
Artinya : “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Muthaffifin ayat 29 – 31 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan mata. Dan apabila Orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira”.
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan mata. Dan apabila Orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira”.
Berdasarkan Al-Hadits yang berkaitan dengan ghibah yaitu :
Artinya : “Berhati-hatilah terhadap purbasangka. Sesungguhnya purbasangka adalah ucapan paling bodoh”. (H.R. Al-Bukhari)
Artinya : “Barangsiapa mengintai-intai keburukan saudaranya semuslim, maka Allah akan mengintai- intai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah, maka Allah akan mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah) rumahnya”. (H.R. Ahmad)
Artinya : “Sesungguhnya bila kamu mengintai-intai keburukan orang, maka kamu telah merusak mereka atau hampir merusak mereka”. (H.R. Ahmad)
Artinya : “Berhati-hatilah terhadap purbasangka. Sesungguhnya purbasangka adalah ucapan paling bodoh”. (H.R. Al-Bukhari)
Artinya : “Barangsiapa mengintai-intai keburukan saudaranya semuslim, maka Allah akan mengintai- intai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah, maka Allah akan mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah) rumahnya”. (H.R. Ahmad)
Artinya : “Sesungguhnya bila kamu mengintai-intai keburukan orang, maka kamu telah merusak mereka atau hampir merusak mereka”. (H.R. Ahmad)
Rasulullah
melarang umatnya meneliti dan mencari-cari kesalahan orang lain. Sebab
yang demikian hanya akan menghancurkan kerukunan dan kebersamaan kaum
muslimin. Di sisi lain ditegaskan bahwa seburuk-buruk suatu kaum adalah
kaum yang di antara mereka ada seorang mukmin yang berjalan di kalangan
mereka dengan cara sembunyi-sembunyi dan senantiasa meneliti serta
mencari-cari kesalahan orang lain.
Artinya : “Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain”. (H.R. Adailami)
Artinya : “Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa, Celakalah dia …… celaka dia”. (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)
Artinya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam”. (H.R. Bukhari-Muslim)
Artinya : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya”. (H.R. Athbrani dan Al-Baihaqi)
Artinya : “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab : “Allah dan RasulNya lebih mengetahui”. Beliau bersabda : “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai”. (H.R. Muslim)
Artinya : “Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk”. (H.R. Al-Bukhari dan Al-Hakim)
Artinya : “Rasulullah saw pernah ditanya : “Ya Rasulullah, apakah tebusan mengumpat?” Jawab Rasulullah : “Hendaklah engkau beristighfar (memohonkan ampunan) kepada Allah bagi orang yang engkau umpat”. (H.R. Thahawi)
Artinya : Dari Hudzaifah r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Tidak akan pernah masuk surga orang yang suka mengumpat”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Artinya : “Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain”. (H.R. Adailami)
Artinya : “Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa, Celakalah dia …… celaka dia”. (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)
Artinya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam”. (H.R. Bukhari-Muslim)
Artinya : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya”. (H.R. Athbrani dan Al-Baihaqi)
Artinya : “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab : “Allah dan RasulNya lebih mengetahui”. Beliau bersabda : “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai”. (H.R. Muslim)
Artinya : “Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk”. (H.R. Al-Bukhari dan Al-Hakim)
Artinya : “Rasulullah saw pernah ditanya : “Ya Rasulullah, apakah tebusan mengumpat?” Jawab Rasulullah : “Hendaklah engkau beristighfar (memohonkan ampunan) kepada Allah bagi orang yang engkau umpat”. (H.R. Thahawi)
Artinya : Dari Hudzaifah r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Tidak akan pernah masuk surga orang yang suka mengumpat”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah
memberikan solusi kepada umatnya yang terlanjur mengumpat orang lain.
Yakni dengan memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang yang
diumpatnya. Dengan cara demikian, maka orang yang mengumpat akan
mendapatkan maghfirah dari Allah SWT. Sebab bila tidak mendapat
maghfirah, orang yang suka mengumpat atau menyebar fitnah pasti masuk
neraka.
Artinya : “Barangsiapa di sisinya diumpat saudaranya sesama muslim kemudian dia tidak menolongnya padahal dia dapat menolongnya, maka Allah akan merendahkan dirinya di dunia dan di akhirat”. (H.R. Baghawi dan Ibnu Babawaih)
Artinya : “Barangsiapa mengembalikan kehormatan saudaranya lantaran diumpat, maka Allah berhak untuk memerdekakan dirinya dari neraka”. (H.R. Baihaqi)
Bila ada seorang muslim mengumpat orang lain, maka orang yang berada di sisinya wajib untuk mencegahnya. Yang demikian berarti dia telah memberikan pertolongan kepada saudaranya sesama muslim. Namun bila tidak mencegahnya, berarti dia rela direndahkan martabatnya oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, bila dia memberikan pertolongan dengan cara mencegah, maka Allah akan memberikan pertolongan kepadanya di dunia dan di akhirat. Bahkan berhak dimasukkan ke dalam surga. Sedang bila yang diumpat orang fasik, maka tidak perlu membelanya.
Artinya : “Barangsiapa di sisinya diumpat saudaranya sesama muslim kemudian dia tidak menolongnya padahal dia dapat menolongnya, maka Allah akan merendahkan dirinya di dunia dan di akhirat”. (H.R. Baghawi dan Ibnu Babawaih)
Artinya : “Barangsiapa mengembalikan kehormatan saudaranya lantaran diumpat, maka Allah berhak untuk memerdekakan dirinya dari neraka”. (H.R. Baihaqi)
Bila ada seorang muslim mengumpat orang lain, maka orang yang berada di sisinya wajib untuk mencegahnya. Yang demikian berarti dia telah memberikan pertolongan kepada saudaranya sesama muslim. Namun bila tidak mencegahnya, berarti dia rela direndahkan martabatnya oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, bila dia memberikan pertolongan dengan cara mencegah, maka Allah akan memberikan pertolongan kepadanya di dunia dan di akhirat. Bahkan berhak dimasukkan ke dalam surga. Sedang bila yang diumpat orang fasik, maka tidak perlu membelanya.
Rasulullah
sangat membenci orang yang mengumpat, hingga beliau menegaskan bahwa
kata-kata umpatan itu apabila dicampur dengan air laut akan
mencemarkannya. Ini adalah gambaran tentang betapa bahaya dan besarnya
dosa mengumpat. Sebab mengumpat dapat membatalkan pahala amal kebajikan
seseorang. Di sisi lain, setan masih merasa mampu dan besar harapan
untuk menghancurkan umat manusia sepanjang masih ada kesempatan untuk
membuat mereka bersedia mengumpat sesamanya. Padahal ketika melihat
Allah disembah oleh umat manusia dengan pelaksanaan shalat, setan sudah
merasa putus asa. Itulah bahaya mengumpat, menggunjing, berprasangka
buruk dan meneliti kesalahan orang lain.
Artinya : “Dari Abi Musa r.a, dia telah berkata : “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah : “Ya Rasulullah, muslim manakah yang lebih utama?” Jawab Rasulullah : “Orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Artinya : “Dari Abi Musa r.a, dia telah berkata : “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah : “Ya Rasulullah, muslim manakah yang lebih utama?” Jawab Rasulullah : “Orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Orang
yang beriman sempurna akan selalu menjaga ucapan dan perbuatannya
jangan sampai merugikan dan menyakitkan orang lain. Bila tidak bisa
berbicara baik, dia akan lebih memilih berdiam diri. Sebab suka mencela,
mengutuk, berlaku keji dan berkata kotor bukanlah kebiasaan orang yang
beriman.
Orang yang menutup ‘aib
orang lain di dunia, niscaya Allah menutup ‘aibnya pula kelak di hari
kiamat. Hindarilah menggunjing, karena menggunjing itu lebih berat
(siksaannya) dari berzina”. Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apa
alasannya menggunjing itu lebih berat dari berzina? Nabi saw bersabda :
“Sesungguhnya seorang lelaki yang telah berzina, lalu dia mau bertobat,
maka Allah tidak akan mengampuninya sebelum orang yang digunjingkannya
itu mengampuninya”.
“Menggunjing itu
memang lezat rasanya di dunia, tetapi dapat mengantarkannya ke neraka
di akhirat kelak”. Rasulullah saw ketika ditanya tentang kebanyakan
hal-hal yang memasukkan manusia ke dalam surga, beliau menjawab : “Takwa
kepada Allah dan akhlak yang baik!” Dan ketika beliau ditanya lagi
tentang kebanyakan hal-hal yang dapat memasukkan manusia ke dalam
neraka, beliau menjawab: “Mulut dan kemaluan!”. (H.R. Tirmidzi)
Dari
Abu Hurairah r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda :
“Takutlah kamu terhadap prasangka. Sebab sesungguhnya prasangka adalah
sedusta-dusta pembicaraan. Janganlah kamu mencari-cari dan meneliti
kesalahan orang lain, janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamu
saling membenci dan janganlah kamu saling belakang membelakangi .
Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana Allah telah
memerintahkan kepadamu. Orang muslim adalah saudara muslim yang lain,
tidak saling menzhalimi, tidak saling merendahkan dan tidak saling
menghina. Takwa adalah di sini, takwa adalah di sini”, sambil Rasulullah
menunjuk ke a rah dada.
Kemudian
melanjutkan sabdanya : “Cukuplah keburukan bagi seseorang dengan
menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim adalah haram atas
muslim yang lain akan darah, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah
tidak melihat kepada tubuhmu dan rupamu, tetapi Allah melihat kepada
hatimu”. (H.R. Muslim). Rasulullah secara tegas memerintahkan kepada
umatnya agar menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara dan melarang
mereka saling mencari-cari dan meneliti kesalahan orang lain, saling
berlomba-lomba kemewahan, saling mendengki, saling membenci, saling
membelakangi, saling menzhalimi, saling merendahkan, saling menghina,
saling menjerumuskan, saling mendiamkan dan membeli belian orang lain.
Sebab semua itu merupakan akhlak tercela yang tidak pantas dimiliki oleh
seorang muslim. Rasulullah mengingatkan pula bahwa antar sesama muslim
berkewajiban untuk saling menjaga darah, kehormatan dan harta di antara
mereka. Dengan cara demikian, mereka tidak akan pernah saling menghina
maupun menzhalimi. Yang perlu dicatat, bahwa Allah sama sekali tidak
akan pernah melihat penampilan seseorang, baik bodi tubuh maupun paras
muka, tetapi Allah akan selalu memperhatikan hati seseorang. Sebab di
sanalah ketakwaan kepada Allah berada.
Dari
Watsilah bin Al Asqa’ r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah
bersabda : “Janganlah engkau menampakkan kegembiraan terhadap saudaramu
yang mendapat cobaan. Sebab boleh jadi Allah menyayanginya, kemudian
memberi cobaan kepadamu”. (H.R. Tirmidzi). Ketika orang lain mendapatkan
musibah, kita tidak diperbolehkan menunjukkan kegembiraan. Karena yang
demikian adalah termasuk akhlak tercela dan penghinaan. Sebab, boleh
jadi Allah menguji orang tersebut hanya karena akan diberi kasih sayang
yang lebih besar lagi, sementara dalam kesempatan lain boleh jadi Allah
memberikan ujian yang lebih berat kepada kita.
Dari
Ibnu Abbas r.a dari Nabi saw, beliau telah bersabda : “Barangsiapa
mengaku bermimpi dengan suatu mimpi yang tidak pernah dilihatnya, maka
dia akan dituntut untuk mengikat antara dua butir gandum dan pasti dia
tidak akan pernah dapat mengerjakannya. Barangsiapa mendengarkan
pembicaraan suatu kaum sedang mereka merasa benci terhadap perilaku
tersebut, maka pada hari kiamat nanti akan ditumpahkan cairan timah pada
kedua telinganya. Dan barangsiapa menggambar suatu gambar, maka dia
akan disiksa dan dibebani untuk meniupkan ruh padanya, padahal dia tidak
akan pernah dapat meniupkannya”. (H.R. Bukhari)
Orang
yang berdusta, orang yang mengintai pembicaraan orang lain dan orang
yang menggambar berhala sesembahan, maka akan mendapatkan siksaan yang
berat dari sisi Allah. Dia akan dituntut untuk melakukan sesuatu yang
mustahil bisa dilakukan, lubang telinganya disiram dengan cairan timah
dan disuruh untuk menghidupkan berhala atau gambar yang digambarnya
sebagai sesembahan. Yang demikian adalah merupakan siksaan yang sangat
pedih lagi berat. Pengertian menggambar suatu gambar adalah membuat
suatu gambar benda atau patung yang disediakan untuk beribadah kepada
selain Allah. Misalnya : menggambar salib kemudian disembah atau membuat
berhala kemudian disembah. Sebab hal tersebut akan memudahkan
perkembangan penyembahan terhadap berhala. Karena itu, Islam
melarangnya. Lain halnya kalau gambar itu hanya bernilai seni dan
dinikmati keseniannya, bukan untuk dipuja dan disembah, maka tidak ada
larangan.
Dari Abu Hurairah r.a,
bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda : “Adakah kalian
mengetahui, apakah mengumpat itu?” Para sahabat menjawab : “Allah dan
RasulNya lebih mengetahui”. Rasulullah kemudian bersabda : “Engkau
menuturkan sesuatu tentang saudaramu yang tidak menyenangkan”. Lalu
ditanyakan : “Bagaimanakah pendapatmu jika apa yang aku katakan itu
adalah terdapat pada saudaraku?” Jawab Rasulullah : “Jika apa yang
engkau katakan terdapat pada saudaramu, berarti engkau telah
mengumpatnya. Dan jika apa yang engkau katakan tidak terdapat pada
saudaramu, berarti engkau telah membuat kedustaan terhadapnya”. (H.R.
Muslim)
Mengumpat adalah bagian dari
akhlak tercela. Pengertian mengumpat adalah mengatakan sesuatu tentang
orang lain yang apabila dia mendengar merasa tidak senang, sekalipun apa
yang dikatakan itu benar adanya. Sebab kalau apa yang dikatakan tidak
benar adanya, maka yang demikian adalah termasuk perbuatan dusta, bukan
mengumpat.
Dari Anas r.a, dia telah
berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Ketika aku dimi’rajkan, aku
melewati sekelompok kaum yang yang mempunyai kuku dari tembaga yang
untuk melukai wajah dan dada mereka. Kemudian aku bertanya kepada Jibril
: “Siapakah mereka itu, wahai Jibril?” Jawab Jibril : “Mereka adalah
orang-orang yang memakan daging manusia dan menjatuhkan kehormatan
mereka”. (H.R. Abu Dawud) Orang yang senantiasa mengumpat orang lain dan
mencari-cari kesalahannya akan disiksa oleh Allah dengan siksaan yang
berat. Yakni mencakar-cakar muka dan dada sendiri dengan kuku yang
terbuat dari tembaga.
Dari Ibnu
Abbas r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw pernah berjalan melewati 2
(dua) kuburan, kemudian beliau bersabda : “Sesungguhnya 2 (dua) orang
ahli kubur itu disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Ya,
benar. Sesungguhnya dosa itu adalah besar. Salah seorang di antara
keduanya adalah berjalan di muka bumi dengan menyebarkan fitnah
(mengumpat). Sedang salah seorang yang lain tidak bertirai ketika
kencing”. (H.R. Bukhari dan Muslim). Orang yang senantiasa menyebarkan
fitnah atau mengumpat sesama muslim kelak dikubur akan mendapatkan siksa
yang berat. Demikian pula halnya orang yang tidak hati-hati ketika
kencing, sehingga percikan air kencingnya mengenakan tubuh atau pakaian.
Dari Sahl bin Sa’ad r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah
bersabda : “Barangsiapa memberikan jaminan kepadaku terhadap apa yang
berada di antara dua rahangnya dan apa yang berada di antara dua
pahanya, maka aku memberi jaminan surga baginya”. (H.R. Bukhari dan
Muslim).
Seseorang yang mampu
menjaga lisannya dari perkataan bohong, menghina dan memfitnah serta
menjaga kemaluan dari perbuatan zina, maka Rasulullah memberi jaminan
surga baginya. Itulah kemuliaan dan ketinggian derajat memelihara lisan
dan kemaluan. Dari Aisyah r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah
bersabda : “Janganlah kamu memaki-maki orang-orang yang sudah meninggal.
Sebab mereka telah sampai kepada apa yang mereka lakukan”. (H.R.
Bukhari). Mencaci maki dan menghina orang yang sudah meninggal adalah
bagian dari akhlak tercela. Karena itu, harus dijauhi oleh setiap
muslim. Sebab orang yang sudah meninggal pada hakikatnya sudah sangat
dekat dengan keridhaan Allah, sehingga tidak selayaknya dicaci maki.
Ada 4 (empat) sebab mengapa orang menggunjing (ghibah) orang lain :
- Karena alasan meredakan amarah diri. Maksudnya, ketika ada seseorang yang membuat marah, maka ia lantas menggunjing orang tersebut hanya karena ingin meredakan amarah dirinya.
- Hanya karena ingin menyesuaikan diri dengan teman-temannya atau dengan alasan menjaga keharmonisan.
- Ingin mengangkat diri sendiri dan menjelek-jelekkan orang lain.
- Menggunjing untuk canda dan lelucon. Dia menggunjing seseorang dengan maksud membuat orang-orang tertawa.
Ada 6 (enam) perkara yang tidak mengharamkan bergunjing yaitu :
- Dalam rangka kezaliman agar supaya dapat dibela oleh seseorang yang mampu menghilangkan kezaliman itu.
- Jika dijadikan bahan untuk merubah sesuatu kemungkaran dengan menyebut-nyebut kejelekan seseorang kepada Penguasa yang mampu mengadakan tindakan perbaikan.
- Di dalam Mahkamah, seorang yang mengajukan perkara boleh melaporkan kepada Mufti atau Hakim bahwa ia telah dianiaya oleh seorang Penguasa yang (sebenarnya) mampu mengadakan tindakan perbaikan.
- Memberi peringatan kepada kaum muslimin tentang suatu kejahatan atau bahaya yang mungkin akan mengenai seseorang, misalnya menuduh saksi-saksi tidak adil, atau memperingatkan seseorang yang akan melangsungkan pernikahan bahwa calon pengantinnya adalah seorang yang mempunyai cacat budi pekertinya atau mempunyai penyakit yang menular.
- Bila orang yang diumpat itu terang-terangan melakukan dosa di muka umum.
- Mengenalkan seseorang dengan sebutan yang kurang baik, seperti a’war (orang yang matanya buta sebelah) jika tidak mungkin memperkenalkannya kecuali dengan nama itu.
Kesimpulan :
- Berita kejelekan orang lain bukanlah untuk disebarluaskan, tetapi ini adalah bahan untuk introspeksi diri.
- Berburuk sangka, menggunjing, menghina, memfitnah, menertawakan, mencela dan mengolok-olok serta meneliti kesalahan orang lain adalah bagian dari akhlak tercela yang harus dijauhi oleh setiap muslim. Sebab akan menghancurkan keimanan yang telah tertanam di dalam hati dan hanya akan mengantarkan seseorang mendapatkan laknat Allah sehingga menjadi penghuni neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar